Ghifarie Area Alakadarisme Nya.....!!

Et..tunggu dulu. Jangan ngeponis kaya gitu. Kata siapa tak bakalan di baca oleh civitas akademik. Bila kelompok sayap kiri di UIN SGD Bandung mengetahuinya pastilah media marxian itu pasti dilahap tanpa pemilteran terlebih dahulu.

Namun sayang, hampir sebagian besar pengagum Karl Mark tersebut. Nyatanya, mengetaui dari senior di organisasinya. Tak melek media. Masuk sekaligus ngutak-atik dinia maya apalagi. [Ibn Ghifarie]

Cag Rampes, Pojok Sekre Kere, 09/01;22.36 wib

Adalah Panca UIN dasar kampus berlabel islam ini. Hingga kawanku berujar 'Wajah Neo Orba itu bernama UIN SGD Bandung'. Paslnya, pelbagai ke bobrokan rezim pembangunan itu merip sekali dengan apa yang terjadi di Kampus Hijau.

Haruskah kita berkelit lidah dari pelabelan tersebut. Jika kita tak mau disebut miniatur Bapak Pancasila. Lantas apa yang kita perbuat? Entahlah [Ibn Ghifarie]

Cag Rampes, Pojok sekre Kere, 09/01;21.34 wib

kini, tak ada raja yang berkuasa lagi, sekalipun Tuhan, melainkan pulus. Pasalnya, hampir segala persoalan dapat diselesikan dengan mudah melalui duit.

Persoalan, pergantian Dekan Psikologi yang tak mendpat restu dari pelbagai mahasiswa apalagi. Premasimse berkedok dewan penyelamat kedua pihak antara Rektorat dan mahasiswa pula kalah dengan keperkasaan uang.

Thus, materi merupakan kekuatan no satu yang tak ada bandinganya. [Ibn Ghifarie]

Cag Rampes, pojok Sekre Kere, 09/01;20.24 wib

Hanya ada satu kata buat Dekan Psikologi yang tak mengindahkan aspirasi masyarakat kampus "Keparat" [Ibn Ghifarie]

Cag Rampes, Pojok Sekre Kere, 09/01;20.07 wib

Ku Boelldzh

Menarik untuk disimak bentrokan yang terjadi di petinggi mahasiswa UIN SGD bandung tersebut. Gratisan apalagi.

Meski menuai pelbagai kecaman. Kebiasaan akut itu merupakan senjata pamungkas dalam menumbangkan rezim status quo.

Kini, pameo penyambung aspirasi masyarakat dan mahasiswa lain tak melekat lagi, malahan jago tojos menjadi pangilan akrab mereka. Jika terus peristiwa lalim terjadi guna menggulingkan penguasa khianat. Lantas apa jadinya nanti? Jangan-jangan masyarakat yang dipimpinnya termasuk lalim. [Ibn Ghifarie]

Cag Rampes, pojok Sekre Kere 09/01;20.36 wib

Kuatnya pengaruh Islamisasi Arab, membuat bangsa Indonesia kewalahan dalam menutupi aurat. Norma-norma kearifan lokal pun harus rela tergilas oleh ganasnya jilbabnisasi.

Alih-alih mengikuti sunah Rasul, kebaya tak diperbolehkan lagi di sebagian masyarakat Tatar Pasundan sebagain contoh. Pasalnya, pakaian khas Sunda itu tak menutupi seluruh tubuh kecuali telapak tangan dan muka. Malah memperlihatkan bokong dan dada.

kini, kampus bernuansa negeri pula gencar melakukan kerudungnisasi. Namun, dikalangan UIN sebagai icon kampus islami, malah menggelar Audisi Kecantikan. Entah apa yang akan dipertontonkanya dan lenyapnya standar menutup aurat. Yang jelas kontes tersebut marak diikuti oleh kalangan mahasiswi UIN tersebut.

Tak ayal lagi, caci maki, hujatan, hingga pensabotasean acapkali mewarnai prosesi audisi tersebut. karena mereka dinilai oleh sebagian mahasiswa lain telah melanggar norma islami sekaligus menyebarkan paham sekuler. Entahlah. [Ibn Ghifarie]

Cag Rampes, pojok Sekre Kere, 09/10;23.35 wib

Berlomba-lombalah dalam menduduki jabatan. Pandangan ini, acapkali menancap dalam sanu bari penguasa. Petinggi UIN SGD Bandung apalagi.

Alih-alih ingin mencari uang banyak. Meski dengan cara lalim sekalipun. Nyatanya, kedudukan merupakan salah satu cara paling mudah dalam merauk keuntungan.

Tak terelakan lagi, sederetan cara curang dan memalukan pun kerapkali mewarnai proses pemilihan orang nomor satu tersebut. Seperti ayng terjadi di Fakultas Psikologi UIN SGD Bandung pemilihan Dekan berujung pada pemboikotan mahasiswa, karena dinilai cacat dalam gelar.

Memalukan pun menjadi kata mahal dan tak bermakna. Malah akrab dengan pejabat tersebut bila menginginkan kedudukan. Entahlah [Ibn Ghifarie]

Cag Rampes, pojok Sekre Kere, 09/01;20.35 wib

Hanya ada satu kata dalam memaknai UIN (Universitas Islam Negeri) Sunan Gunung Djati (SGD) Banadung. Ya tak lebih dari (UIN) Universitas IAIN Negeri saja. Bukan UIN (Universitas Islam Negeri).

Pasalnya, tak ada perubahan setelah menjadi Universitas itu, melainkan 'Beda Nama, Sama Rasa'.

Begitupun dengan mahasiswanya. Adalah pilihan alternatif daripada tak mengenyam pendidikan tinggi dan bermodal. Hanya itu saja. [Ibn Ghifarie]

Cag Rampes, pojok Sekre Kere, 09/01;21.26 wib

Cenah baraya hiji-hijina Dekan urang anu keur karandapan 'Bencana Bati' nyaeta Dekan Psikologo.

Tah kukituna bejakeun kabaraya civitas akademik hayu urang srigen pageuh kancing nyumbang ka Pamimpin no hiji di Psikologi teh..

Watir di beubeurik wae ku balarea. Cing atuh anguran mah ajang ngawangkong lamun teu bisa nyumbangmah atawa rangket sakalian supaya bisa diajak ngobrol. [Ibn Ghifarie]

Cag Rampes, pojok Sekre Kere, 09/01;21.36 wib

Wah..maeunya kudu anu teucager Dekan Psikologi teh. Naha, bisa jadi Dosen lamun guru ete teh teu waras.

Boa-boa urang kabeh ge kaasup anu teu eucreg, kusabab ngagugulung sakalian nguatan Dekan anu keur ka keunaan panyakit lieur. Matakna, pariksa heula, tapi omat kabeh civitas akademik kudu di obatan heula. Kaasup anu nulis ieu. [Ibn Ghifarie]

Cag Rampes, pojok Sekre Kere, 09/01;21.56 wib

Atuh haladir baraya. Pan geus teu bireuk deui kabiasaan UIN anu ti baheula neupi ka babah ayeuna. Eta lamun apa pertemuan penting pastina gegeden mahasiswa ulu biung.

Ngan aya tapina. Da heun teu kabehanana bisa balakecrakan, iwalti anu sarua latar belakangna, atawa anu saorganisasi. Pokonamah kuat pisan, budaya KKNna keur mancegkeun status qou.

Nya anu teu sarua jeung pajabatmah, mendingan ngumpul jeung barudak DPR supaya bisa seuri, dahar ngenah, sare tibra sanajan digembrong ku reungit jeung lalaur. Hidup mahasiswa.[Ibn Ghifarie]

Cag Rampes, pojok Sekre Kere, 09/01;21.59 wib

Konon, ketertinggalan peradaban islam bermula dari kurangnya kemauan kita dalam melakukan sesuatu. Terlebih lagi, minimnya tradisi mimpi. Tengok saja, perilaku dalam kesehariah kita. Bila, kita perki ke rumah Nenek ambil contoh, pada masa kecil tempo dulu, biasanya orang tua kita selelu berujar 'Sama siapa ke sini,? jawab bocah kecil dengan keluguannya berkata dengan lantang 'sama kapa terbang', katanya. Kontan saja, berucap 'Apa ade bilang, masa ke sini pake naek kapal segala'tegasnya.

Perilaku memilukan lagi membuat budaya imajinasi kita dipeti keramatkan. Padahal, melalui kebaiasaan inilah perdaban barat bisa maju, bahkan menjadi kiblat model dunia. Dengan demikian, kiranya umat isalam memupuk dan membiasakan tradisi tersebut, maka mereka akan berbanding lurus dengan kemajuan-kemajuan internasional. Bila tidak, maka tunggu saja ketertingalannya. Tengok saja, kemajuan negara-negara islam, hampir sebagian besar masyarakatnya terpuruk ekonomi, miskin, kelaparan, terbelekan dalam masalah IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi), bahkan dalam hal IMTAK (Iman dan Takwa) saja masih banyak diragukan.

Dengan demikian, rayakan saja budaya mimpi tersebut, tak lain guna mengejar ketertinggalan dari perdaban bangsa lain. [Ibn Ghifarie]

Cag Rampes, Pojok PusInfoKomp 06/09;19.21 wib

Entah apa yang tersirat dalam benakku, manakala satu bilangan enam (2006) terlewati. Kini, deretan huruf tujuh pun sangat kita dambakan kehadirannya. Tentunya dengan secercah ikhtiar lebih baik dalam mengarungi samudra kehidupan ini.

Adalah teriakan Takbir, Tahmid, Tasbih yang diiringi dengan perepetan terompet dan kumpulnya masyarakat saat pergantian tanggal bersebut. Sungguh menakjubkan perhelatan akbatr itu.

Seolah-olah manusia harus mulai mengeja sekaligus menerka bayang-banyak rutinitas kehidupan. Perbaikan ke arah yang lebih arif pun menjadi tumpuan semua orang. Meski, semuanya tergantung pada kemampuan seseorang dan kapasitas Tuhan dalam memdramakan dunia.

Thus, mari kita awali tahun baru dengan pelbagai kegiatan baik dan bermanfaat. Selamat Tahun Baru 2007 [Ibn Ghifarie]

Cag Rampes, pojok Sekre Kere, 01/01;0.06 wib

Kini, yang menjadi permasalahan bukan kita lupa pada petuah Rasul tersebut sebagai tauladan. Namun, karena terlalu lama tak ingat dan dekat denganya, maka wajar bila kita berwatak sekaligus berwajah baja.

Artinya para pejabat kampus dalam ranah kecil, mereka tak lagi akrab dan saling menyapa dengan mahasiswa. Nayatanya mereka malah menyimpan sejuta aroma manis dan berbau busuk. Berbeda pada saat mereka kampaye untuk menjadi ketua Presma, Kajur, Dekan bahkan Rektor, mereka akrab dan sambil mengumbar janji-janjinya. Perilaku ini mesti kita waspadai. Apalagi pada saat memasuki tahun 2007.

Walhasil, kita harus berhati-hati dan rajin memilih teman. Pasalnya, kita sering dianggap bagian dari mereka. Sudah tentu, para penjaja kekuasaan piawai dalam menyulap bahasa dan penampilannya. Jika, para kholifah tak lagi berwajah murah dan menyapa perbedan, maka apa jadinya kampus UIN SGD Bandung ini? [Ibn Ghifarie]


Cag Rampes, Pojok PusInfoKomp, 03/09;03.02 wib

Tak sedekit mereka yang akrab dengan tradisi turun kejalan dalam menyampaikan aspirasi, mulai dari persoalna ini dan itu di lingkungan akademik UIN SGD yang terselip modus klise proyek. Anggapan itu sudah rahasia umum dalam menuntut pihak penguasa yang dinilai sebagaian mahasiswa tidak berpihak pada mahasiswa, bahkan hanya mementingkan satu kelompok tertentu.

Terlalu banyak menuntut kaum pelajar dalam bingkai aksi unjuk rasa, maka wajar bila penguasa pun tidak terlalu mengubrisnya. Seolah-olah kebal dengan sederatan hasutan yang dialamatkan pada pera pejabat. lantas cara apalagi yang kudu kita tempuh, tak ada cara lain selain menulis, menulis dan menulis. Seperti yang telah dilakukan oleh anak sosiologi dalam menyikapi kenaikan SPP melaui surat pembaca di HU PR.

Permasalahanya siapkan kita memempun jalan itu? atau malah kita tetap melestarikan tradisi lisan yang tidak mendapatkan tanggapan serius. Ketimbang budaya tulisan. Benar juga kan [ibn Ghifarie]

Cag Rampes, Pojok PusInfoKomp 29/08;22.54 wib

Pami Kitumah Atuh Naon Namina!!

Leurues pisan tah cariosa jang mifka teh, panginteun anjena koki. Tapi pami terus ngagugulung kana bab 'patuangan' terus atuh iraha bade nyeratna. Biasana pami tos wareg mah kadituna kana kulem. Atuh kamana pameona...Maka Ambilah Pena sareng pami kitumah naon namina. [Ibn Ghifarie]

Cag Rampes, Pojok Pusinfokomp 29/08;19.15 wib

Sampurasun......
Cing pang neangankeun obatna baraya!!

Kieu caritana teh, sababaraha poe katukang, simkuring jeung warga Forum laina karandapan payakit males keur ngadamel tulisan teh. Boh anu aya patula patali jeung media, coretan didinding, atawa keur ngabenggerah hate. Es tuning teuaya dulur....

Walhasil, asa hoream we ninggali komputer, tulisan dina diary. Nya kusabab hiji-hiji kumpulan di Forum ujug-ujug ngaleungit. Dukigeun aya kabar miring, `boa-boa aya anu nutup soalna tulisana matak beureum anu maca atawa anu ninggali. Komo deui keur pajabat mah, cenah eta oge`.

Tapi saengges dibulak-balik dipikiran, sigana goreng oge lamun terus-terusan siga kieu mah. Atuh rek iraha maju kawas batur, tulisana bisa dibaca ku balarea, dugikeun jadi bahan rujukan anu agung.

Tah...tisaprak harita, teuing kunaon bet hayang muka blog sagala, yahoo.360, kumpulan penulis indonesia atawa forum upi, ajngkita, beda pebdapat. Padahal geus lila teu muka-muka acan. Komo deui ngisian tulisan mah. Tangtuna bari ninggalian tulisan anu laleungit di situs ieu.

Ah..ieu mah susugana wae. Nya bener aya saba-baraha hiji coretan kapanggih sanajan bari teu puguh pulungeun jeung teu lengkap oge tulisana. Da anu penting mah tong nulis deui ti awal, soalna sok beda deui caritana. Lain deui pamaksadana. Pangpangna mah bakal tambah males...

Atuh mudah-mudahan urang sadyana tiasa nyandak hiji hikmah tina kajadian eta. Pami bade ngdamel tulisan teh sing tatan-tatan, tong gurung gusuh. Komo deui langsung teu di konsep heula. Atuh anu jauhna teu diketik dina window, atawa teu di titipkeun dina blog, yahoo.360 jeung web anu laina. Pokonamah bakal nyesel pisan....

Cing saur dulur salain ngadamel tindakan eta, kinteun-kinteun naon deui nya supados coretan teh teu leungit deui?

Mangga ah...tulis Ibn Ghifarie[Cag Rampes,01/10;15.34 wib]

Ass.

Duh leres pisan kang buledz upami kahilangan tulisan mah asa kalengitan kaperjakaan nya...??? tapi abi mah percanten da ka kang buledz mah jalmina teh tak kenal menyerah dan te pundungan (eta oge mun lain masalah hate letiknya...!!! ) buktina ayena tos nulis dei, tah ari simkuring mah matak resep ka kang buledz teh jalmina bager ,pinter jeng nu lebih resep namah sok ngabodor sabari ngabodorna teh ilmiah, teterang siganamah kang buledz mah sanes tuang sangu tapi tuang na teh buku,komputer,pulpen,kertas jeng eetna oge sanes cai tapi ngobrol (heheheheeh ).

janten kang buledz teh tong eleh ku malesnya jeng ku jurig pang-pang na mah.

led terus nulisnya meren weh lewat tulis-menulis biledz teh janten jalmi nu.....wah lah pokonamah. omatnya tong hoream dei, celetuk Hendri Setiawan Ketum HMI Kom Ushuluddien Cab Kab Bandung.


"Lamun teu salah.... anu salila ieu ku urang2 ditulis taya lain mangrupa pikiran2 atawa gagasan lawas (heubeul), lain anu anyar. Tah..... mangsa pikiran2 eta beak, akhirna jadi males nulis, da tiap nyanghareupan monitor jadi kalah bingung naon anu kudu ditulis.
Numutkeun pamadegan & pangalaman kuring, hal ieu dilantarankeun kusabab urang arang langka diskusi.

Padahal, diskusi mangrupa "arena" anu cocog jeung loyog pikeun lahirna ideu-ideu atawa gagasan anyar....!!!
Kumaha tah?????", Celengkeungan Leled Samak, Alumni Perbandingan Agama Fakultas Ushuluddien UIN SGD Bandung.


Cag Rampes,05/11;15.34 wib

Bisa saja, pelabelan nama 'Dadang Marga Hayu', membuat Ucok diam seribu bahasa petanda tak tahu atau menunjukan satu statifikasi sosial yang tinggi, tapi bagi masyarakat Sunda penamaan itu, merupakan satu tempat di daerah Bandung Timur.

Tah, pokonya yang membuat cerita ini ngaring pisan. Alih-aliih ingin menciptaakn humor yang dapat mengocok perut para member forum. Toh, pada akhirnya tak membuat apa-apa selain kata RUJIT mendengarkanya. [Ibn Ghifarie]


Cag Rampes, Pojok Sekre Kere, 25/09;14.24 wib

"Matak ulah mikir kamana wae atuh....
mikir nu bener, lempeng, pasti bisa sare...

kitu lain?", Cek Cak Agus Sulthonie Dosen Fakultas Filsafat dan Theologi UIN SGD Bandung.

"Hahaha......... molor wae", Celetuk Leled Samak, Alumni Perbandingan Agama UIN SGD Bandung

Sarua sareng abdi, Led, hese sare kangen FPI. Matakna tong gadang wae, getol mandi & tong sare beurang (anggur mah uncag-incig, nepungan kabeh baraya ameh teu awis tepang--kan lumayan cape, komo di pentaan duit ku dulur mah, cape hate!) Trus tong mikiran wae si "dia", biarlah perempuan itu berlalu...meski luka tapi hadapilah dengan senyuman (untuk tidak menyebut sunggingan).

Tapi sumanget Led, begadang boleh saja kalau ada perluanya, kitu lain ceuk Oma oge. Atuh coba solusi Erofa keur hese sare mah: ngitung domba jiga Mr. Bean!
Inget Led tong telat nginum lamun begadang teh. Kade poho nulis. Trus coba saalit bentur-benturkeun sirah ente kana sirah batur...biasana ceunah sok rada tunduh..., kilah Mifka Koord Sastra Komunitas Mata Pena

"geura inget pangeran..."kata Fanes, Koord Nalar Intelektual LPIK KBM UIN SGD Bandung

Naon, hubungana hese sare jeung pangeran. Fan teu aya kakaitan antara duana. Tah teuing lamun ngaku atawa nginduk ka sarupaning papatah kieu 'Jaka sembung bawa dodol, teu nyambung dol..'

Anu jelas mah, kacida hese pisan diperemkeun nateh ieu panonteh. Kudu kumaha atuh? Cing baraya tulungan.....jawab Ibn Ghifarie [Cag Rampes, Pojok PusInfoKomp, 07/09;23.45 wib]

Biasanya... kalau malam susah tidur, itu akibat dari pagi sampai siang tidur terus ! akibatnya ketika malam tiba, mata sulit untuk dipejamkan.apalagi kalo malam harinya ditambah minum kopi, dijamin sampai dini hari melek abis. untuk menghilangkan "hese sare tipeuting" coba cara ini.

ketika malam hari begadang, esoknya jangan balas dendam tidur sampai sore, tapi cukup 2 atau 3 jam saja di pagi hari. selebihnya, gunakan waktu untuk beraktivitas. siangnya boleh tidur, tapi cuma 1 jam saja. tidak lebih. lalu lanjutkan akitivitas seperti biasanya. malam harinya, jangan menghabisakan waktu dengan nonton tv, tapi gunakan untuk menulis, baca buku, atau apapun kegiatan yang bermanfaat. Insya Alloh dengan cara ini... sebelum jam 11 malam, qta akan tertidur pulas. moga bermanfaat, tulis Makhyar, Dosen Jurnalistik Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN SGD Bandung

"Molor weee anu diurus teh....!!!! ari "batur sare" teu boga, Celengkeung Leled Samak

"Sanes kitu baraya, ieu mah bisi siga kalong saur batur mah......Kumargi kitu simkuring nyuhunkeun sarana ti dulur-dulur urang kabeh....Cetus Ibn Ghifarie [Cag Rampes, Pojok Sekre Kere, 15/12;15.23 wib]

Sok aya anu kokolebatan dina pikiran, lamun ges wanci tengah peuting. Komo deui lamun anu aya digigiren urang teh geus tibra sare morongkol siga 'kuuk' dina jam 10an atawa 12an. Kacida bagyana lamun simkuring bisa niru bateur sakasur eta. Tapi hanjakal, teu bisa. Singkatnamah sok tara biasa molor wayah kitu, tapi biasana lewih ti jam 02an, sampe-sampe sok parat ka Subuh. Karek bisa peureum.

Masih mendingan, lamun buncelikna panon eta di pake kanu kagiatan hade mat. Tapi da edas pisan hese we di peurumkeunteh. Makana sok ngibuken diri corat-cotret, nagwadul teu beres-beres jeung barudak, atawa sok remen minjem keun ceuli ka babturan anu keu kena eceng.

Kumargi kitu, simabdi nyuhunken masukan ka dulur-dulur kabeh anu bisa mecahkeun pasoalan eta?

Sateacana punten tos miwarang ka baraya kangge mikiran kabiasaan hese sare eta.


Pojok Sekre Kering, 09 Juli 2006, (04;54 wib)